little story to share: TEORI MANAJEMEN

Pages

Senin, 30 Mei 2011

0

TEORI MANAJEMEN


B. TEORI MANAJEMEN ILMIAH

SEJARAH DAN TEORI MANAJEMEN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen telah berlangsung sejak manusia itu berada di bumi ini. Manajemen kemudian berkembang sesuai dengan perkembangan keahlian serta pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh oleh manusia itu. Pengetahuan serta teknologi (IPTEK) terus tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan itu sekaligus juga mengembangkan keterampilan manajemen umat manusia. Akhirnya kita harus pula mempelajari dan mengantisipasi perkembangan di masa mendatang yang tentu saja juga akan menentukan arah manajemen itu sendiri. Dengan mengetahui arah perkembangan manajemen tersebut maka kita juga akan dapat mempersiapkan diri kita untuk membekali diri kita masing-masing dengan keterampilan-keterampilan manajerial yang diperlukan di masa mendatang.

a. Robert Owen (1771-1858)

Dalam teorinya, ia menekankan tentang peranan sumber daya manusia sebagai kunci keberhasilan perusahaan. Khususnya peranan jabatan manajer (kader) yang harus berfungsi sebagai reformis (pembaru) dalam manajemen sumber daya manusia.

b. Charles Babbage (1792-1971)

Dalam teorinya, ia percaya bahwa penerapan prinsip-prinsip ilmiah dalam proses kerja akan dapat meningkatkan produktivitas kerja dan dapat menekan biaya-biaya. Babbage menganjurkan untuk mengadakan pembagian tenaga kerja dalam kaitannya dengan pembagian pekerjaan.

c. Frederick W. Taylor ()

Mula-mula yang menjadi titik tolak penerapan manajemen secara ilmiah berasal dari hasil penelitian F.W Taylor tentang studi waktu kerja (Time and Motion studies) pada bagian produksi dimana dia bekerja, di perusahaan Midvales Stell. Dengan penelitian waktu sebagai dasarnya ia dapat memecahkan setiap pekerjaan ke dalam komponen-komponennya dan merancang cara pengerjaanya yang tercepat dan terbaik untuk setiap pekerjaan. Ini juga berarti bahwa ketentuannya adalah menentukan seberapa pekerja dapat menyelesaikan dengan bahan dan peralatan yang tersedia di perusahaan.

d. Henry L. Gant (1861-1919)

Henry L. Gant yang dalam pengalamannya pernah bekerja bersama-sama dengan Taylor mengemukakan teorinya, juga betitik tolak pada usaha meningkatkan produktivitas, efisiensi dan efektivitas kerja dengan rangsangan upah atau insentif. Tetapi dalam penentuan bonus tidak seperti yang dikemukakan oleh Taylor dengan system upah diferensial. Henry L. Gant justru menolak system upah diferensial. Hal ini menurutnya justru akan berdampak terlampau kecil motivasi kerja bagi tenag kerja. Oleh karena itu, ia mengemukakan gagasan bahwa bagi tiap-tiap pekerja yang dapat menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya untuk suatu hari, maka ia berhak menerima bonus sebesar 50 sen dollar untuk hari itu. Selain itu, Henry mengembangkan gagasan Owen dalam metode penilaian atas pekerjaan karyawan, yakni dengan mengadakan metode pencatatan atas hasil pekerjaan karyawan di dalam kartu pribadi.

e. Frank B (1968-1924) dan Lilian M. Gilberthnya (1878-1972)

Kedua pelopor manajemen ilmiah ini mendasarkan gagasannya pada hasil penelitian tentang hubungan gerakan dan kelelahan dalam pekerjaan. Menurut Frank B. Gilberth, bahwa antara gerakan dan kelelahan saling berkaitan, setiap gerakan yang dihilangkan juga menimbulkan kelelahan. Sementara itu, menurut M. Gilberth dalam pengaturan untuk mencapai gerakan yang efektif dapat mengurangi kelelahan, maka akan mempunyai pengaruh terhadap upaya untuk mengoptimalkan kemampuan pekerja sebagai manusia. Jadi menurut kedua tokoh ini bahwa penelitian gerakan akan meningkatkan semangat kerja bagi pekerja; hal ini dikarenakan adanya keuntungan-keuntungan fisik terhadap pekerja itu sendiri yang harus dapat memanfaatkan kemampuan secara optimal. Gagasan program pengembangan karyawan lebih ditekankan pada karyawan itu sendiri untuk mengembangkan dirinya melalui persiapan untuk menerima jabatan yang lebih tinggi, penyelesaian pekerjaan tepat pada waktunya dan mampu memberi pelatihan terhadap pengganti-penggantinya. Jadi setiap pekerja harus bisa berfungsi sebagai pelaku, pelajar dan guru dan berharap akan kesempatan baru.

f. Herrington Emerson

Herrington Emerson melihat bahwa penyakit yang mengganggu system manajemen di dalam industry ialah adanya masalah pemborosan dan in-efisiensi. Oleh karena itu dia mencetuskan ide-ide yang terformulasikan dalam 12 prinsip sebagai berikut.

1. Perumusan tujuan dengan jelas

2. Kegiatan yang dilaksanakan masuk akal

3. Tersedianya staf yang cakap

4. Terciptanya disiplin kerja

5. Pemberian balas jasa yan adil

6. Laporan terpercaya, cepat, tepat, dan kontinyu

7. Pemberian instruksi-perencanaan dari urutan-urutan kerja

8. Adanya standar-standar dan skedul, metode dan waktu setiap kegiatan

9. Kondisi yang standar

10. Operasi yang standar

11. Instruksi-instruksi praktis tertulis standar

12. Balas jasa efisien-rencana insentif

C. TEORI MANAJEMEN KLASIK

1. Henry Fayol (1841 – 1925)

Terkenal sebagai bapak manajemen operasional. Fayol berpendapat bahwa dalam perusahaan industry kegiatan – kegiatan yang dilaksanakan manajemen dapat dibagi kedalam beberapa kelompok tugas, yaitu:

- Technical. Kegiatan memproduksi dan membuat produk

- Commercial. Kegiatan membeli bahan – bahan yang dibuat

- Financial. Kegiatan mencari modal dan bagaimana menggunakan modal tersebut

- Security. kegiatan yang dilakukan untuk menjaga keamanan

- Akuntansi. Kegiatan yang terdiri dari mencatat, menghitung, mengkalkulasi biaya, membuat laporan, dan mengumpulkan data – data dalam bentuk statistik.

- Tugas managerial. Melaksanakan fungsi – fungsi yang ada dalam manajemen

2. James D. Mooney

- Koordinasi. Kaidah yang menghendaki adanya wewenang, saling melayani, perumusan tujuan dan kedisiplinan yang tinggi

- Prinsip skalar. Prinsip yang mengidentifikasi tentang hubungan kepemimpinan, pendeglasian dan antar fungsi – fungsi tertentu yang dibutuhkan.

- Prinsip fungsional. Perinsip yang mengidentifikasi berbagai macam tugas yang harus diselesaikan serta dalam usaha mencapai tujuan bersama.

- Prinsip staf. Prinsip yang membedakannya sebagai manajer staf dan lini lainya

3. Mary Parker Follet (1868 – 1933)

Mengulas pemahaman tentang kelompok dan tentang komitmen yang tinggi terhadap kerja sama antar manusia. Follet berpendapat bahwa dengan membuat karyawan merasa memiliki perusahaan akan tercipta rasa tanggung jawab. Juga berpendapat bahwa permasalahan dalam bisnis melibatkan berbagai macam faktor yang harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan hubungan masing – masing faktor.

4. chaster I. Bernard (1886 – 1961)

Memandang organisasi sebagai sistem kegiatan yang diarahakan kepada tujuan. Fungsi utama manajemen adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber – sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Menekankan pentingnya peralatan komunikasi untuk mencapai tujuan kelompok. Menurut teorinya, pegawai akan menerima perintah hanya bila mereka memahami dan mampu serta berkeinginan untuk menuruti atasan

D. PENDEKATAN HUBUNGAN MANUSIAWI

Perkembangan berikutnya dalam manajemen dimulai sejak 1930 dan menjadi popular pada tahun 1950-an, yaitu manajemen yang banyak memberikan perhatian terhadap hubungan kemanusiaan kepada para karyawan. Ini munculsebagai akibat dari kelemahan – kelemahan pada manajemen yang berorientasi tugas (klasik) menimbulkan banyak kritik. Dengan gaya ortodoks dan otokratis, maka pekerjaan menjadi monoton dan membosankan sehingga menimbulkan stress serta produktivitas menjadi mandeg atau menurun.

Studi Hawthorne

Studi ini meneliti lebih lanjut tentang efek kelelahan karyawan terhadap output yang dihasilkan. Supaya terbebas dari gangguan efek psikologis seperti yang pernah terjadi saat penelitian sebelumnya.

Dalam penelitian ini para peneliti tidak berhasil menemukan hubungan langsung antara perubahan kondisi kerja secara fisik dengan ouput dan menyimpulkan bahwa kondisi sosial baru yang diciptakan bagi pekerja di ruang tes mempunyai peranan besar dalam peningkatan produktivitas. Terdapat dua factor yang dianggap penting, pertama, adalah suasana kelompok. Dan kedua adalah pengawas yang lebih partisipatif.

Salah satu hasil nyata dalam beralihnya perhatian manajer dan penelitian bidang manajemen dari hal – hal yang berkaitan dengan teknis dan struktural seperti dalam pendekatan klasik menjadi lebih ke hal – hal yang berkaitan dengan sosial dan kemanusiaan sebagai kunci bagi produktivitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perasaan, sikap, dan hubungan antar sesame karyawan menjadi penting dalam manajemen, dan penelitian tersebut mengakui pentingnya kelompok kerja. Penelitian ini juga mengidentifikasi apa yang diistilahkan sebagai Hawthorne Effect, yaitu kecendrungan seorang yang dipilih untuk tujuan penelitian tertentu, untuk berbuat seperti apa yang diinginkan dalam penelitian tersebut, karena situasi menghendaki hal itu.

Sumbangan dan Keterbatasan Pendekatan Hubungan Manusiawi

Aliran hubungan manusia mengutarakan bahwa perhatian terhadap para karyawan akan memberikan banyak keuntungan.

Manajer diingatkan pentingnya perhatian terhadap proses kelompok untuk melengkapi perhatian terhadap masing – masing karyawan secara individual. Teori hubungan manusia ini mengilhami para ilmuan perilaku manusia untuk mengkaji lebih mendalam tentang motivasi.

Namun, konsep makhluk sosial tidak menggambarkan secara lengkap individu – individu dalam tempatnya bekerja. Ini merupakan salah satu keterbatasan dari teori hubungan manusia. Di samping itu perbaikan – perbaikan kondisi kerja dan kepuasan karyawan tidak menghasilkan peningkatan produktivitas yang relevan seperti yang diharapkan. Lingkungan social di tempat kerja hanya salah satu dari bebrapa factor yang saling berinteraksi yang mempengaruhi produktivitas.

E. PENDEKATAN MANAJEMEN MODERN

Manusia memiliki kebutuhan yang beraneka ragam dan mengalami perubahan yang begitu cepat. Pendekatan menejemen modern menilai bahwa tidak ada satu cara atau pendekatan yang dapat digunakan pada seluruh situasi. Pendekatan ini tetap mengakui gagasan – gagasan yang dikemukakan dalam teori manajemen klasik dan sumber daya manusia. Manajemen modern pada dasarnya dibangun atas dua konsep utama, yaitu teori tentang prilaku organisasi (organizational behaviouf) dan manajemen kuantitatif (management sience).

1. Teori Prilaku

Pandangan umum dalam teori perilaku ini di tadai oleh tiga tingkatan kelompok perilaku, yaitu 1) perilaku individu per individu; 2) perilaku antar kelompok sosial, dan 3) perilaku antar kelompok – kelompok sosial.

Adapun pokok – pokok pikiran yang dikemukakan oleh para penganut teori perilaku tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

1. Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendekatan manajer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi

2. Pendekatan motivasional yang menghasilkan komitmen pekerja terhadap tujuan organisasi sangat dibutuhkan

3. Manajemen harus sistematik, dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati – hati

4. Manajemen teknik dapat dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan prosedur dan prinsip)

Berdasarkan hasil riset perilaku dapat di kemukakan sebagai berikut :

1. Manajer masa kini harus diberikan latihan dalam pemahaman prinsip – prinsip dan konsep – konsep manajemen

2. Organisasi harus menjalankan iklim yang mendatang kesempatan bagi karyawan untuk memuaskan seluruh kebutuhan mereka

3. Unsur manusia adalah faktor kunci penentu sukses atau kegagalan pencapaian tujuan organisasi.

4. Komitmen dapat dikembangkan melalui partisipasi dan keterlibatan para karyawan

5. Pola – pola pengawasan dan manajemen positif yang menyeluruh mengenai karyawan dan reaksi mereka terhadap pekerjaan

6. Pekerjaan setiap karyawan harus disusun sedemikian rupa sehingga memungkinkan ,ereka mencapai kepuasan diri dari pekerjaan tersebut.

2. Teori Kuantitatif (management science)

Teori kuantitatif memfokuskan perhitungan manajemen didasarkan atas perhitungan – perhitungan yang dapat dipertanggungjawabkan keilmiahannya. Setiap pemecah masalah harus terlebih dahulu mengetahui masalahnya dengan melakukan kegiatan penelitian ilmiah seperti riset.

Pendekatan – pendekatan semacam ini dikenal sebagai pendekatan manajemen science yang biasanya dengan prosedur dan langkah – langkah sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah

2. Menyusun model matematik

3. Mendapatkan penyelesaian dari model

4. Menganalisis model dan hasil yang diperoleh dari model

5. Menetapkan pengawasan atas hasil – hasil

6. Mengadakan implementasi kegiatan

Pemecahan masalah yang didasarkan atas pendekatan kuantitatif harus memberikan dasar kepada manajer menyangkut dasar – dasar pendekatan yang rasional.

F. PENDEKATAN SISTEM MANAJEMEN

Dapat diartikan sebagai kumpulan dari bagian – bagian yang saling berhubungan antar satu dengan yang lainnya yang secara bersama – sama mencapai tujuan tertentu. Subsistem itu sendiri adalah bagian kecil dari suatu system yang lebih besar.

Manajemen dapat dipandang sebagai suatu system terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya dalam proses mengubah input atau masukan sumber daya menjadi output atau keluaran produk. Lingkungan input merupakan aspek yang terpenting dalam suatu system yang terbuka. Lingkungan merupakan tempat asar sumber daya sekaligus umpan balik dari pelanggan, yang berdampak terhadap output organisasi. Umpan balik dalam lingkungan memberikan masukan bagi organisasi tentang seberapa baik organisasi memenuhi kebutuhan masyarakat secara luas. Tanpa keinginan konsumen untuk menggunakan produk organisasi, sangat sulit bagi organisasi untuk beroperasi atau bertahan di bidang usahanya dalam jangka panjang.

G. PENDEKATAN KONTINGENSI

Pendekatan kontingensi berusaha untuk menyesuaikan antara tanggapan manajerial dengan peluang dan permasalahan yang ada dalam berbagai macam situasi. Pendekatan ini berusaha membantu menejer untuk dapat memahami perbedaan – perbedaan situasional tersebut dan menanggapinya dengan cara 0 cara yang tepat.

Implementasi dari pendekatan kontingensi telah banyak dipergunakan pada berbagai bidang dan fungsi dalm organiasi seperti pemasaran,motivasi, kepemimpinan, strategi, dan penetapan keputusan – keputusan penting.

Pendekatan kontingensi lebih banyak memasukan unsur lingkungan dalam melihat berbagai macam permasalahan. Perubahan lingkungan yang begitu cepat menjadikan manajer sulit untuk menetapkan suatu keputusan yang tepat. Pendekatan kontingensi mencoba memformulasikan kondisi tersebut sehingga manajer dapat mencarikan jalan keluar dari permasalahan yang ada.

0 komentar:

Posting Komentar