little story to share: TEORI CAMBRIDGE

Pages

Senin, 30 Mei 2011

0

TEORI CAMBRIDGE

Seperti teori Fisher dan teori – teori klasik lainnya, teori cambridge berdasarkan pada asumsi fungsi uang sebagai alat tukar umum (medium of exchange). Oleh karen itu, teori – teori klasik termasuk teori Fisher dan teori Cambridge melihat kebutuhan uang (permintaan uang) dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat likuid untuk tujuan transaksi.

Teori Cambridge menekankan faktor- faktor perilaku (pertimbangan untung rugi) yang menghubungkan antara permintaan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Permintaan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor kelembagaan, juga dipengaruhi oleh tingkat bunga, besar kekayaan warga masyarakat dan ramalan/harapan (expectation) dari para warga masyarakat mengenai masa mendatang. Faktor – faktor lain ini mempengaruhi permintaan uang seseorang dan dengan demikian juga mempengaruhi permintaan uang dari masyarakat secara keseluruhan

Teoritis cambridge menganggap bahwa jumlah kekayaan, volume transaksi dan pendapatan nasional mempunyai hubungan yang proporsional konstan satu sama lain, dan akhirnya mereka merumuskan teori uang mereka yang tidak jauh berbeda dengan teori Fisher. Teori Cambridge menganggap bahwa, ceteris paribus permintaan uang (Md) adalah proportional dengan tingkat pendapatan nasional

Md = k PY

Dimana Y adalah pendapatan nasional Riil

Penawaran uang (Ms) dianggap ditentukan oleh pemerintah. Dalam kondisi keseimbangan maka Ms = M d sehingga Ms = k. PY atau P = 1/k MsY.

Jadi ceteris paribus tingkat harga umum (P) berubah secara proporsional dengan perubahan volume uang yang beredar (Ms). Tidak banyak berbeda dengan teori Fisher, kecuali tambahan cetris paribus yang berarti faktor – faktor lain seperti tingkat pendapatan nasional Riil, tingkat bunga dan harapan adalah konstan. Teori Cambridge tidak menutup kemudian bahwa faktor – faktor seperti tingkat bunga dan harapan (expectations) berubah, meskipun dalam jangka pendek. Jadi kalau faktor – faktor ini berubah maka “k” pun akan berubah. Apabila tingkat bunga naik, ada kecendrungan masyarakat mengurangi uang yang ingin mereka pegang, maskipun volume transaksi yang mereka rencanakan tetap. Demikian juga faktor harapan akan mempengaruhi “k” dalam jangka pendek, apabila di masa datang diharapkan akan ada kenaikan tingkat bunga (penurunan harga surat berharga/obligasi), maka orang akakn cendrung untuk mengurangi jumlah surat berharga yang dipegangnya akan menambah jumlah uang tunai yang mereka pegang.

0 komentar:

Posting Komentar